Atlet ungkapkan kekhawatiran dampak penyelesaian NCAA pada olahraga non-pendapatan

Penulis:ace Waktu Terbit:2025-06-09 Kategori: news

**Gelombang Kekhawatiran Atlet Non-Revenue: Dampak Penyelesaian Miliaran Dolar NCAA**Penyelesaian senilai 2,8 miliar yang digembar-gemborkan NCAA sebagai jalan menuju stabilitas untuk olahraga universitas telah memicu gelombang kekhawatiran di kalangan atlet dari cabang olahraga non-revenue.

Kesepakatan ini membuka jalan bagi universitas untuk membayar atlet mereka dalam parameter tertentu, tetapi kekhawatiran muncul bahwa ini akan memperlebar jurang finansial yang sudah ada antara olahraga penghasil pendapatan (revenue-generating sports) seperti sepak bola dan bola basket, dan olahraga lainnya.

Diharapkan bahwa pemain sepak bola dan bola basket akan menjadi atlet dengan bayaran tertinggi di kampus.

Atlet ungkapkan kekhawatiran dampak penyelesaian NCAA pada olahraga non-pendapatan

Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana nasib atlet dari cabang olahraga yang tidak menghasilkan uang sebesar itu?

Apakah mereka akan ditinggalkan dan dilupakan di tengah hiruk pikuk kompensasi yang baru ini?

“Saya khawatir,” kata Sarah, seorang atlet renang dari sebuah universitas di Midwest.

“Kami berlatih sekeras mereka, kami berkompetisi dengan semangat yang sama, tetapi kami tidak menghasilkan uang sebanyak mereka.

Apakah ini berarti kami tidak layak mendapatkan kompensasi yang adil?

“Kekhawatiran Sarah bukanlah suara tunggal.

Banyak atlet dari cabang olahraga seperti senam, voli, tenis, dan atletik mengungkapkan perasaan yang sama.

Mereka khawatir bahwa alokasi dana yang tidak merata dapat menyebabkan pemotongan anggaran untuk program mereka, mengurangi kesempatan beasiswa, dan bahkan penghapusan program secara keseluruhan.

Memang, statistik menunjukkan bahwa sebagian besar program olahraga universitas beroperasi dengan kerugian.

Menurut laporan NCAA, hanya sekitar 25 dari 130 universitas FBS (Football Bowl Subdivision) yang menghasilkan keuntungan dari program atletik mereka.

Ini berarti bahwa sebagian besar olahraga non-revenue bergantung pada subsidi dari universitas dan pendapatan yang dihasilkan oleh sepak bola dan bola basket.

Penyelesaian ini, meskipun dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah kompensasi atlet, berpotensi menciptakan masalah baru yang lebih besar.

Tanpa mekanisme yang tepat untuk memastikan distribusi dana yang adil, kesenjangan antara olahraga kaya dan miskin akan semakin melebar.

Sebagai seorang jurnalis olahraga, saya melihat ini sebagai momen penting bagi olahraga universitas.

Kita harus memastikan bahwa semua atlet, tanpa memandang cabang olahraga mereka, diperlakukan dengan adil dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.

NCAA dan universitas memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi dan mendukung semua program olahraga, bukan hanya yang menghasilkan pendapatan besar.

Penting untuk mempertimbangkan model distribusi dana yang inovatif, seperti pembentukan dana perwalian yang didedikasikan untuk mendukung program olahraga non-revenue.

Selain itu, transparansi dalam alokasi anggaran dan akuntabilitas dari para pemimpin universitas sangat penting untuk memastikan bahwa semua atlet memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan.

Penyelesaian ini adalah langkah maju, tetapi ini hanyalah langkah pertama.

Perjalanan menuju keadilan dan kesetaraan di olahraga universitas masih panjang dan penuh tantangan.

Kita harus terus mengawasi perkembangan ini, memberikan suara kepada mereka yang terpinggirkan, dan menuntut akuntabilitas dari mereka yang berkuasa.

Masa depan olahraga universitas bergantung pada hal itu.