D.C. United memecat Troy Lesesne sebagai pelatih setelah kalah dari Nashville di U.S. Open Cup

Penulis:ace Waktu Terbit:2025-07-12 Kategori: news

## Era Lesesne Berakhir: D.

C.

United Pecat Pelatih Setelah Kekalahan MemalukanWashington, D.

C.

– Era Troy Lesesne di D.

C.

United berakhir dengan cara yang pahit dan tak terhindarkan.

Kekalahan memalukan di U.

S.

Open Cup melawan Nashville SC, sebuah tim yang juga sedang berjuang dengan performa yang kurang konsisten, menjadi paku terakhir di peti mati kepelatihan Lesesne.

Klub ibukota itu mengumumkan pemecatannya secara resmi, mengakhiri masa jabatan yang penuh harapan namun akhirnya mengecewakan.

Lesesne, yang baru memasuki tahun keduanya sebagai pelatih kepala, tiba di D.

C.

United dengan janji untuk membawa angin segar dan strategi ofensif yang dinamis.

Namun, harapan itu dengan cepat memudar seiring berjalannya musim.

D.

C.

United kini terpuruk dalam lima kekalahan beruntun di semua kompetisi.

Lebih mengkhawatirkan lagi, mereka berada dalam bahaya besar untuk absen di babak playoff untuk musim keenam berturut-turut – sebuah catatan yang benar-benar memalukan bagi klub dengan sejarah yang kaya seperti D.

C.

United.

Statistik berbicara dengan sendirinya.

Pertahanan D.

C.

United rapuh, kebobolan dengan mudah.

Serangan mereka, meskipun sesekali menunjukkan kilatan potensi, seringkali tidak konsisten dan kurang tajam di sepertiga akhir lapangan.

Yang paling menyakitkan, semangat tim tampak terkikis, dengan kurangnya kohesi dan determinasi yang jelas di lapangan.

Kekalahan di U.

S.

Open Cup bukanlah sekadar kekalahan; itu adalah simbol dari masalah yang lebih dalam yang melanda klub.

Kurangnya organisasi taktis, kesalahan individu yang mahal, dan ketidakmampuan untuk mengatasi tekanan menunjukkan bahwa Lesesne tidak mampu membalikkan keadaan.

Tentu saja, menyalahkan satu orang atas kemunduran tim adalah penyederhanaan yang berlebihan.

Ada faktor-faktor lain yang berkontribusi, termasuk cedera pemain kunci, kualitas pemain yang tidak merata, dan persaingan yang semakin ketat di MLS.

Namun, sebagai pelatih kepala, Lesesne bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesuksesan, dan dia gagal melakukannya.

Ke depan, D.

C.

United menghadapi tantangan besar.

Mereka harus segera menunjuk pelatih sementara yang dapat menstabilkan kapal dan membangkitkan semangat para pemain.

Lebih penting lagi, mereka harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh organisasi sepak bola, mulai dari perekrutan pemain hingga pengembangan akademi.

Pemecatan Lesesne seharusnya menjadi peringatan bagi pemilik dan manajemen D.

C.

United.

Mereka perlu berinvestasi secara cerdas dalam pemain berkualitas dan menciptakan budaya yang mendorong akuntabilitas dan keunggulan.

Jika tidak, D.

C.

United akan terus terpuruk dalam mediokritas, menjadi bayangan dari klub dominan yang pernah mereka kuasai.

Sebagai jurnalis olahraga, saya telah melihat banyak pelatih datang dan pergi.

Namun, kasus Troy Lesesne terasa sangat disayangkan.

Dia adalah pelatih muda yang menjanjikan dengan ide-ide inovatif.

Sayangnya, dia tidak dapat menerapkan visinya di D.

C.

United.

Semoga dia belajar dari pengalaman ini dan kembali lebih kuat di masa depan.

Sementara itu, D.

C.

United harus segera menemukan pengganti yang dapat membawa klub kembali ke kejayaan.

Waktu terus berjalan, dan para penggemar D.

C.

United pantas mendapatkan yang lebih baik.